POTENSI BIOMASA KARBON HUTAN ALAM DAN HUTAN BEKAS TEBANGAN SETELAH 30 TAHUN DI HUTAN PENELITIAN MALINAU, KALIMANTAN TIMUR

Ismayadi Samsoedin, I Wayan Susi Dharmawan, Chairil Anwar Siregar

Sari


Hutan alam memiliki fungsi ekologis yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satu di antaranya adalah fungsi hutan alam dalam menjaga iklim di dalam kawasan hutan maupun di luar hutan. Hal ini terkait dengan kemampuan tegakan hutan untuk menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen dalam proses fotosintesis. Semakin banyak karbondioksida yang diserap oleh tanaman dalam bentuk biomasa karbon maka semakin besar pengaruh buruk efek gas rumah kaca dapat ditekan. Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang potensi biomasa karbon hutan alam dan hutan bekas tebangan setelah 30 tahun di Hutan Penelitian Malinau, Kalimantan Timur. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan membuat lima titik sampling tanah secara  acak  dengan kedalaman 20  cm  masing-masing di hutan alam  dan  hutan bekas tebangan setelah 30 tahun. Pengukuran biomasa karbon di atas permukaan tanah, dilakukan dengan membuat empat plot dan masing-masing plot dibuat subplot sebanyak 25 dengan ukuran 20 m x 20 m pada masing- masing hutan alam dan hutan bekas tebangan setelah 30 tahun. Pohon dengan diameter setinggi dada  ≥ 10 cm diukur dan dicatat diameter dan tingginya. Biomas diukur dengan menggunakan metode Brown dan Chave. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan karbon tanah sedalam 20 cm di hutan alam dan hutan bekas tebangan setelah 30 tahun masing-masing adalah sebesar 37,86 tonC/ha dan 30,58 tonC/ha. Kandungan karbon di atas permukaan tanah pada hutan alam dan hutan bekas tebangan setelah 30 tahun masing-masing adalah sebesar  264,70  tonC/ha dan 249,10   tonC/ha. Dengan demikian, serapan karbondioksida pada hutan alam dan hutan bekas tebangan setelah 30 tahun masing-masing adalah sebesar 970,57 tonCO2 /ha dan 913,37 tonCO2 /ha. Potensi hutan alam dalam menyerap karbondioksida di Hutan Penelitian Malinau sangat tinggi dan apabila hutan alam ini ditebang dengan memperhatikan asas-asas pengelolaan hutan lestari, maka setelah 30 tahun ternyata memiliki potensi biomasa karbon yang mendekati potensi biomasa karbon di hutan alam.


Kata Kunci


Hutan alam; hutan bekas tebangan setelah 30 tahun; biomasa karbon

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. Forestry Paper 134. FAO. USA.

Chave, J., C. Andalo, S. Brown, M. A. Cairns, J. Q. Chambers, D. Eamus, H. Folster, F. Fromard, N. Higuchi, T. Kira, J. P. Lescure, B. W. Nelson, H. Ogawa, H. Puig, B. Riera, and T. Yamakura. 2005. Tree Allometry and Improved Estimation of Carbon Stocks and Balance in Tropical Forests. Oecologia 145: 87-99. http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca. Diakses tanggal 23 Maret 2009.

Jurusan Tanah. 1992. Pedoman Klasifikasi Tanah di Lapang. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Lloyd, R. and T. MacMillan. 2002. Post Harvest CWD The Long and Short of it. NIVMA/NSC Winter Work- shop Optimizing Wildlife Trees and Coarse Woody Debris Retention at the Stand and Landscape Level. January 22-24. Coast Inn of the North Prince George, B. C.

Machfudh. 2002. General Description of the Bulungan Research Forest. Technical Report Phase 1 1997-2001. ITTO Project PD 12/97 REV.1 (F).

Forest, Science and Sustainability: The Bulungan Model Forest. Pp. 168.Masripatin, N. 2007. Apa itu REDD? Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Microsoft Office Excel. 2003. Microsoft Inc. United States of America.

Nawawi, G. 2001. Fungsi dan Manfaat Tanah dan Pupuk. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Ohta, S. and E. Syarif. 1996. Soils under Lowland Dipterocarp Forests Characteristics and Classification. In A. Schulte and D. Schöne (eds.) Dipterocarp Forest Ecosystems: Towards Sustainable Management. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. Singapore.

Pusat Penelitian Tanah. 1998. Kriteria Penilaian Kesuburan Tanah. Departemen Pertanian. Bogor.

Puslittanak. 1998. Penuntun Analisis Kimia Tanah dan Tanaman. Laboratorium Kimia, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Rahayu, S., B. Lusiana, dan M. van Noordwijk. 2006. Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.

Laporan Tim Proyek Pengelolaan Sumberdaya Alam untuk Penyimpanan Karbon (FORMACS). World Ago forestry Centre (ICRAF).

Samsoedin, I., I. Basuki, I W. S. Dharmawan, D. W. Hopkins, dan J. Proctor. 2007. Dampak Penebangan Hutan terhadap Sifat Tanah pada Hutan Produksi Bekas Tebangan di Kalimantan Timur. Info Hutan IV (4): 347-359. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Schmidt, F. H. And J. J. A. Ferguson. 1951. Rainfall Type Based on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea.

Verhand. 42. Jawatan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Siregar, C. A., I W. S. Dharmawan, P. Gunarso, dan K. D. Santosa. 2004. Impact of Reduced Impact Logging on Soil and Water Quality. Unpublished Report to CIFOR. Indonesia.

Whitmore, T. C. 1984. Tropical Rain Forests of the Far East. 2nd edition. Oxford Science Publications. Clarendon Press. Oxford. pp. 352.




DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2009.6.1.47-56

##submission.copyrightStatement##



JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:

More...

Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)

eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439 

JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.