PENGELOLAAN BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris) MELALUI PERLAKUAN PENJARANGAN PADA POLA AGROFORESTRI
Sari
Sari
Masyarakat di pedesaan memiliki minat yang rendah untuk membudidayakan bambu secara intensif. Budidaya bambu secara intensif dapat dilakukan dengan pola agroforestri sehingga nilai ekonomi menjadi lebih baik yang pada gilirannya akan meningkatkan minat petani untuk menanam bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penjarangan awal terhadap produktivitas rumpun bambu ampel yang ditanam secara agroforestri. Penelitian dilakukan di Desa Sukaharja Kabupaten Ciamis mulai September 2017 sampai Mei 2018 menggunakan metode survei dan eksperimen. Metode survei dilakukan untuk mengetahui kondisi vegetasi di lahan garapan masyarakat yang digunakan untuk penanaman bambu ampel seluas 1 ha. Petak pengamatan berukuran 10 m x 20 m diulang sebanyak dua kali. Uji coba teknik penjarangan bambu menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan: a) tanpa penjarangan (kontrol), b) penjarangan menyisakan 2 batang per rumpun dan c) penjarangan menyisakan 4 batang per rumpun. Penanaman bambu ampel dilakukan pada Bulan Desember tahun 2015 dan dijarangi pada umur 22 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bambu ampel (tinggi dan diameter) meningkat pada setiap generasi yang baru muncul. Penjarangan rumpun bambu dengan menyisakan empat batang bambu per rumpun telah meningkatkan produktivitas rumpun secara nyata. Lima bulan setelah penjarangan diperoleh tiga batang bambu muda dan dua tunas rebung per rumpun.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Cirtain, M. C., Fraanklin, S. B., & S.R. Pazeshki. (2009). Effect of light
intensity on Arundinaria gigantea growth and physiology. Castanea, 74(3), 236–246.
Hanafi, H. R., Irawan, B., Pertiwi, D. C., & Litania, A. (2017). Pemanfaatan dan pengelolaan bambu berkelanjutan di Desa Cijedil, Cianjur, Jawa Barat sebagai upaya perwujudan Sustainable Develompent Goals (SDGs). Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 3(2), 230–235.
Hartanti, G. (2010). Keberadaan material bambu sebagai subtitusi material kayu pada penerapan desain interior dan arsitektur. Jurnal Humaniora, 1(1), 11–19. https://doi.org/10.21512/humaniora. v1i1.2143.
Indrajaya, Y., Sudomo, A., & Manurung, G. (2016). Analisis usaha budidaya bambu apus di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung Kidu. Prosiding SNaPP 2016 Sains Dan Teknologi, 6(1), 30–34.
Irawanti, S., Aneka, S. P., & Ekawati, S. (2012). Manfaat Ekonomi dan Peluang Pengembangan Hutan Rakyat Sengon di Kabupaten Pati. Penelitiaan Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 9(3), 126–139.
Katayama, N., Kishida, O., Sakai, R., Hayakashi, S., Miyoshi, C., Ito,
K., … Akiyama, K. (2015). Response of a Wild Edible Plant to Human Disturbance : Harvesting Can Enhance the Subsequent Yield of Bamboo Shoots. PLOS ONE, 1–14.
Lu, X., Jiang, H., Sun, C., Liu, J., Wang, Y., & Jin, J. (2014). Comparing
Simulated Carbon Budget of a Lei Bamboo Forest With Flux Tower Data. Terrestrial, Atmospheric & Oceanic Sciences, 25(3), 359–368.
Ma, J., Han, H., & Zhang, W. (2018). Moderate thinning increases soil nitrogen in a Larix principis- rupprechtii (Pinaceae) plantations. PeerJPrints.
Mayasari, A., & Suryawan, A. (2012). Keragaman jenis bambu dan
pemanfaatannya di Taman Nasional Alas Purwo. Info BPK Manado, 2(2), 139–154.
Nath, A. J., Lal, R., & Das, A. K. (2012). Farmer knowledge of the relationships among soil macrofauna, soil quality and tree species in a smallholder agroforestry system of western Honduras. Science of The Total Environment, 521–522, 372–379.
Nath, A. J., Lal, R., & Das, A. K. (2015). Ethnopedology and soil properties in bamboo (Bambusa sp.) based agroforestry system in North East India. Catena, 135(92–99).
Parlinah, N., Irawanti, S., Suka, A. P., & Ginoga, K. L. (2015). Distribusi nilai tambah dalam rantai nilai kayu sengon (Paraserianthes falcataria) dari Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia. JURNAL Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan, 12(2), 77–87.
Putro, D. S., & Murningsih, J. (2014). Keanekaragaman jenis dan
pemanfaatan bambu di Desa Lopait Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Jurnal Biologi, 3(2), 71–79.
Saraswati, Y., & Dharmawan, A. H. (2014). Resiliensi Nafkah Rumah
Tangga Petani Hutan. Jurnal Sosiologi Pedesaan, 02(01), 63–75.
Song, X., Zhou, G., Gu, H., & Qi, L. (2015). Management practices
amplify the effects of N deposition on leaf litter decomposition of the Moso bamboo forest. Plant and Soil, 395(1–2).
Suzuki, S. (2015). Chronological location analyses of giant bamboo
(Phyllostachys pubescens) groves and their invasive expansion in a satoyama landscape area, western Japan. Plant Species Biology, 30, 63–71.
Utomo, M. M. B., Pieter, L. A. G., Nadiharto, Y., & Tegar H. P. (2017).
Kebijakan Pendukung Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani Gunungkidul Melalui UsahaSampingan Agribisnis Bambu. Jurnal Hutan Tropis, 5(3), 206–214.
Wi, S. G., Lee, D. S., Nguyen, Q. A., & Bae, H. J. (2017). Evaluation of
biomass quality in short-rotation bamboo (Phyllostachys pubescens)
for bioenergy products. Biotechnology for Biofuels, 10(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s13068017-0818-9.
Widiarti, A. (2013). Pengusahaan rebung bambu oleh masyarakat, studi kasus di Kabupaten Demak dan Wonosobo. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 10(1), 51–61.
Yen, T. M. (2016). Culm height development, biomass accumulation
and carbon storage in an initial growth stage for a fast-growing moso bamboo (Phyllostachy pubescens). Botanical Studies, 57(10), 2–9. https://doi.org/10.1186/s40529-0160126-x.
Yeni, I., Yuniati, D., & Khotimah, H. (2016). Kearifan lokal dan praktik pengelolaan hutan bambu pada masyarakat Bali. Penelitiaan Sosial
Dan Ekonomi Kehutanan, 13(1), 63–72.
DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2019.16.1.91-100
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc4.footer##
JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:
Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)
eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439
JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.