TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN GAMBUT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN (Peat Fire Susceptibility in Musi Banyuasin District, South Sumatra)
Sari
ABSTRACT
Forest and land fire in 2015 was a catastrophe in Indonesia, as it did not only cause damage on forest ecosystem and environments, but also impacted human health and economic loss. This research aimed to identify hotspots distribution in 2014-2015 as an indicator of forest and land fire, and to analyze fire susceptibility in Musi Banyuasin district, South Sumatra. Data used for fire prone analysis consisted of land cover map, forest status, hotspots data derived from NOAA18, soil types, topography and moratorium map. Results showed that based on land function, hotspots were mostly found in production forest with hotspots density of 0.049 hotspots km-2. Based on land cover type, hotspots were mostly found in the open land (88 hotspots). Based on soil types, hotspots were mostly occurred on peat soils (180 hotspots and hotspot density 0.048 hotspot km-2). Soil type was mostly associated with hotspot occurrence. Sub-district of Bayung Lencir has the highest fire susceptibility among others. Low precipitation and El-Ninö phenomenon in 2015 were not the only drivers of peat fire. However two main current problems in the Forest Management Unit of Lalan Mangsang Mendis (e.g. illegal logging and open access) were driver factors of peat fire in the district.
Key words: Fire prevention, fire risk map, forest management unit (FMU), peatland, spatial analysis
ABSTRAK
Kebakaran lahan dan hutan tahun 2015 telah menjadi bencana karena tidak hanya menyebabkan kerusakan pada kerusakan ekosistem hutan dan lingkungan, tetapi juga kerugian ekonomi dan kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran titik panas tahun 2014-2015 sebagai indikator kebakaran dan menganalisis tingkat kerawanan kebakaran gambut di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Data yang digunakan sebagai faktor penyusunan tingkat kerawanan adalah data spasial tutupan lahan, status kawasan, data titik panas hasil olahan dari citra NOAA18, peta tipe tanah, peta rupa bumi Indonesia dan peta moratorium gambut. Hasil analisis tahun 2015 menunjukkan bahwa berdasarkan fungsi kawasan, jumlah hotspot terbanyak dijumpai di hutan produksi (HP), yaitu 196 hotspot dengan kepadatan hotspot sebesar 0.049 hotspot km2 . Berdasarkan tipe tutupan lahan, jumlah hotspot terbesar dijumpai pada lahan terbuka sebanyak 83 hotspot. Berdasarkan tipe tanah, hotspot yang dijumpai pada lahan gambut sebanyak 180 titik, dengan kepadatan 0.048 hotspot km2 . Dengan menggunakan empat faktor penyebab yang paling berpengaruh terhadap kebakaran hutan dan lahan, maka faktor lahan gambut merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kebakaran. Tingkat kerawanan kebakaran paling tinggi terjadi di Kecamatan Bayung Lencir. Fenomena El-Nino tahun 2015 bukan penyebab utama kejadian kebakaran gambut, tetapi masih maraknya illegal logging dan ‘open access’ area yang menjadi masalah utama pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lalan Mangsang Mendis menjadi faktor pemicu terjadinya kebakaran gambut di kabupaten ini.
Kata kunci: Gambut, kesatuan pengelolaan hutan, pencegahan kebakaran, rawan kebakaran, spasial
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Ananto, E. E., & Pasandaran, E. (2007). Pengelolaan Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan. In K. Suradisasatra, S. M. Pasaribu, B. Sayaka, A. Dariah, I. Las, Haryono, & E. Pasandaran (Eds.), Membalik Kecenderungan Degradasi Sumber Daya Lahan dan Air (pp. 194-211). Bogor: IPB Press.
Anonim. (2016). Statistik Penyebaran Hotspot Tahun 2015 Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.
Arianti, I., Sinukaban, N., & Jaya, I. N. S. (2007). Modeling of forest and land fire risk level and zone using GIS in Kapuas Tengah sub basin, West Kalimantan Province. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 13(2).
BAPPEDA Sumatera Selatan. (2012). Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan. Palembang: BAPPEDA Provinsi Sumatera Selatan.
BBSDLP. (2013). Peta dan Rekomendasi Pengelolaan Lahan Gambut Terdegradasi di Sumatera. Bogor.
BPS Musi Banyuasin. (2015). Musi Banyuasin Dalam Angka (1st ed.). Sekayu: Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Cattau, M. E., Harrison, M. E., Shinyo, I., Tungau, S., Uriarte, M., & DeFries, R. (2016). Sources of anthropogenic fire ignitions on the peat-swamp landscape in Kalimantan, Indonesia. Global Environmental Change, 39(November), 205–219. http://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2016.05.005
Dariah, A., Maftuah, E., & Maswar. (2011). Karakteristik lahan gambut. In Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Ed.), Panduan Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi (pp. 16–29). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Dewi, S., Van Noordwijk, M., Dwiputra, A., Tata, H. L., Ekadinata, A., Galudra, G., & Nakuntaladewi, N. Widayati, A. (2015). Peat and land clearing fires in Indonesia in 2015: Lessons for polycentric governance. Bogor.
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. (2014). Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan GIZ.
Ditjen Planologi Kehutanan. (2014). Strategi Pengembangan KPH dan Perubahan Struktur Kehutanan Indonesia. Jakarta: Ditjen Planologi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan GIZ.
Elvidge, C. D., Zhizhin, M., Hsu, F., Baugh, K., Khomarudin, M. R., Vetrita, Y., … Hilman, D. (2015). Long-wave infrared identification of smoldering peat fires in Indonesia with nighttime Landsat data. Environmental Research Letters, 10(6), 65002. http://doi.org/10.1088/1748-9326/10/6/065002
Elysa, M. L. (2014). Spatial Decision Support System Untuk Pencegahan Kebakaran Hutan (Studi Kasus : Kabupaten Kubu Raya). Jurnal Sistem Dan Teknologi Informasi, 2(2), 1–6.
Evers, S., Yule, C., Padfield, R., O’Reilly, P., & Varkkey, H. (2016). Keep Wetlands Wet: The Myth of Sustainable Development of Tropical Peatlands - Implications for Policies and Management. Global Change Biology, 1–16. http://doi.org/10.1111/gcb.13422
Gaveau, D. L. A., Salim, M. A., Hergoualc, K., Locatelli, B., Sloan, S., Wooster, M., … Sheil, D. (2014). Major atmospheric emissions from peat fires in Southeast Asia during non-drought years : evidence from the 2013 Sumatran fires, 1–7. http://doi.org/10.1038/srep06112
Hanifah. (2014). Analisis hubungan curah hujan dengan distribusi kemunculan titik panas (Hotspot) untuk deteksi dini di Provinsi Kalimantan Timur. Institut Pertanian Bogor.
Heriyanto, E., Syaufina, L., & Effendi, S. (2014). Perbandingan Indeks Fine Fuel Moisture Code (FFMC) dan Fire Weather Index (FWI) pada sistem peringkat bahaya kebakaran hutan/lahan luaran WRF dengan observasi (periode: Juni-Agustus 2013). Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 15(2), 119–127.
Jauhiainen, J., Page, S. E., & Vasander, H. (2016). Greenhouse gas dynamics in degraded and restored tropical peatlands. Mires and Pear, 17, 1–12. http://doi.org/10.19189/MaP.2016.OMB.229
Keeley, J. E. (2009). Fire intensity, fire severity and burn severity: a brief review and suggested usage. International Journal of Wildland Fire, 18, 116–126.
KLHK. (2015). Sistem pemantauan kebakaran emisi karhutla 2015. Jakarta.
KPHP LalanMangsangMendis. (2016). Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Lalan Mangsang Mendis. Bayung Lencir.
Mapilata, E., Gandasasmita, K., & Djajakirana, G. (2013). Analysis of Land and Forest Fires Hazard Zonation in Spatial Planning in Palangka Raya, Central Kalimantan. Globe, 15(2), 178–184.
Marlier, M. E., Defries, R., Pennington, D., & Nelson, E. (2015). Future fire emissions associated with projected land use change in Sumatra. Global Change Biology, 21, 345–362. http://doi.org/10.1111/gcb.12691
Marlier, M. E., Defries, R. S., Kim, P. S., Koplitz, S. N., & Jacob, D. J. (2015). Fire emissions and regional air quality impacts from fi res in oil palm , timber , and logging concessions in Indonesia. Environmental Research Letters, 10(8), 85005. http://doi.org/10.1088/1748-9326/10/8/085005
Mukti, A., & Rushayati, S. B. (2016). Mapping of Fire Vulnerability in Alas Purwo National Park. Procedia Environmental Sciences, 33(November), 290–304. http://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.03.080
Page, S. (2016). Memahami dinamika kebakaran lahan gambut di Indonesia. Lestari Journal, 1(1), 4–13.
Page, S. E., & Hooijer, A. (2016). In the line of fire : the peatlands of Southeast Asia. Philosophical Transactions B, 371, 20150176.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-2018 (1st ed.). Palembang: Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Purnomo, H., Dewayani, A. A., Achdiawan, R., Ali, M., Komar, S., & Okarda, B. (2016). Jaringan aktor dan regulasi kebakaran hutan dan lahan. Lestari Journal, 1(1), 55–73.
Putro, H. R., Yudiarti, Y., Ardisson, M., Nugroho, D., Yuningsih, L., Marpaung, T., … Haasler, B. (2016). Laporan Rapat Koordinasi Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Provinsi Sumatera Selatan; Pembaharuan Peta Status Terkini KPH dan Quo Vadis. Palembang.
Ritzema, H., Limin, S., Kusin, K., Jauhiainen, J., & Wösten, H. (2014). Catena Canal blocking strategies for hydrological restoration of degraded tropical peatlands in Central Kalimantan , Indonesia. Catena, 114, 11–20.
http://doi.org/10.1016/j.catena.2013.10.009
Samsuri, S., Jaya, I. N. S., & Syaufina, L. (2012). Model Spasial Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan ( Studi Kasus Propinsi Kalimantan Tengah ) ( Spatial Model of Land and Forest Fire Risk Index , Case Study in Central Kalimantan Province ). Foresta Indonesia Journal of Forestry, (1), 12–18.
Setyaki, A., Rufaida, F., Ratnasari, R., Sugasri, A., Fauzi, A., Isbandi, S., … Septiana, C. (2013). Buku ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution.pdf. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Setyawan, D. (2015). Pemodelan spasial arah penyebaran kebakaran hutan dengan menggunakan penginderaan
jauh dan sistem informasi geografis di Taman Nasional Baluran Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur Bulan Oktober tahun 2014. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sumarga, E., Hein, L., Hooijer, A., & Vernimmen, R. (2016). Hydrological and economic effects of oil palm cultivation in Indonesian peatlands. Ecology & Society, 21(2).
Syaufina, L. (2008). Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Perilaku Api, Penyebab, dan Dampak Kebakaran (1st ed.). Malang: Bayumedia Publishing.
Tarigan, M. L., Nugroho, D., Firman, B., & Kunarso, A. (2016). Laporan dan Modul Teknis Pemutakhiran Peta Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.
Tata, H.L., van Noordwijk, M., Sakuntaladewi, N., Wibowo, L. R., Bastoni, Tampubolon, A., … Widayati, A. (2016). Stopping haze when it rains: lessons learnt in 20 years of Alternatives-to-Slash-and-Burn research in Indonesia. Nairobi.
Tata, H. L., Sakuntaladewi, N., Wibowo, L. R., Bastoni, & Tampubolon, A. (2016). Managing peat fire risks in Tanjung Jabung Barat District, Jambi, Indonesia. In W. R. W. A. et al. Khadir (Ed.), Proceeding 15th International Peat Conference 2016. Malaysian Peat Society. (pp. 381–384). Kuching: Malaysian Peat Society.
Taufik, M., Setiawan, B. I., & Lanen, H. A. J. Van. (2015). Agricultural and Forest Meteorology Modification of a fire drought index for tropical wetland ecosystems by including water table depth. Agricultural and Forest Meteorology, 203, 1–10. http://doi.org/10.1016/j.agrformet.2014.12.006
Tim Penyusun. (2015). Profil Lokasi Kesatuan Hidrologis Gambut Merang-Kepayang. POKJA Revitalisasi Lahan Gambut Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.
Turetsky, M. R., Benscoter, B., Page, S., Rein, G., Werf, G. R. Van Der, & Watts, A. (2015). Global vulnerability of peatlands to fire and carbon loss. Nature Publishing Group, 8(1), 11–14. http://doi.org/10.1038/ngeo2325
Wahyunto, W., Nugroho, K., Ritung, S., & Sulaeman, Y. (2014). Peta lahan gambut Indonesia: Metode pembuatan, tingkat keyakinan dan penggunaan. In A. Wihardjaka, E. Maftu’ah, Salwati, Husnain, & F. Agus (Eds.), Prosiding Seminar Nasional dan Network Meeting Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi untuk Mitigasi Emisi Karbon dan Peningkatan Nilai Ekonomi. (pp. 81–96). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Watts, A. C., & Kobziar, L. N. (2012). Smoldering Combustion in Organic Soils : Peat and Muck Fires in the Southeastern U . S . Southern Fire Exchange.
Widodo, R. B. (2014). Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan (Studi Kasus Provinsi Jambi, Sumatera). Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota, 10(2), 127–138.
Wilson, S., Blain, D., Couwenberg, J., Evans, C. D., Murdiyarso, D., Page, S. E., … Tuittila, E. S. (2016). Greenhouse gas emission factors associated with rewetting of organic soils. Mires and Peat, 17(4), 1–28.
Wilson, S., Blain, D., Couwenberg, J., Evans, C. D., Murdiyarso, D., Page, S. E., … Tuittila, E.-S. (2016). Greenhouse gas emission factors associated with rewetting of organic soils. Mires and Peat, 17(4), 1–28. http://doi.org/10.19189/MaP.2016.OMB.222
World Bank Group. (2016). The Cost of Fire. Indonesia Sustainable Landscapes Knowledge Note: 1, (February).
Wösten, J. H. M., Clymans, E., Page, S. E., Rieley, J. O., & Limin, S. H. (2008). Peat – water interrelationships in a tropical peatland ecosystem in Southeast Asia. Catena, 73, 212–224. http://doi.org/10.1016/j.catena.2007.07.010
Zulfikhar. (2006). Kebijakan Pengelolaan Kawasan Hutan Rawa Gambut dengan Pola KPH di Provinsi Sumatera Selatan. In A. Rimbawanto (Ed.), Prosiding Seminar Pengelolaan Hutan dan Lahan Rawa Secara Bijaksana danTerpadu. (pp. 7–13). Bogor: Pusat Penelitian & Pengembangan Hutan Tanaman.
DOI: https://doi.org/10.20886/jpht.2017.14.1.51-71
##submission.copyrightStatement##
JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN INDEXED BY:
Copyright of Jurnal Penelitian Hutan Tanaman (JPHT)
eISSN : 2442-8930 pISSN : 1829-6327
JPHT is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.