ACCOMMODATIVE STRATEGY OF COMMUNITY INTEREST ON BANTIMURUNG BULUSARAUNG NATIONAL PARK MANAGEMENT IN SOUTH SULAWESI PROVINCE
Abstract
Functional convertion of partly forest area in the Maros Regency since 2004 to become the Bantimurung Bulusaraung National Park (Babul National Park) brings consequences for local community activities that have been going on for generations. The existence of community with their activities to meet their needs in the Babul National Park needs attention and should be considered and accommodated by Babul National Park manager by also considering the ecological condition. This study aims to formulate a strategy for accommodating community interests that suits to the Babul National Park conditions. Data collected through interviews and questionnaires to a number of expert informants and literature study. Data analyzed using analytical hierarchy process (AHP). Research results showed that the main factor to be considered in accommodating interests of the community is the level of dependency of community on Babul National Park. Based on the main factor, accommodation strategy of the community interests appropriate to the condition of Babul National Park is to conduct collaborative management. Babul National Park office as a driving force in implementating the strategy should establish communication and coordination with various related stakeholders as one of the requirements of the strategy implementation.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Awang, S.A, Kasim, A., Tular, B., & Salam, N. (2005). Menuju pengelolaan kolaborasi taman nasional. Kasus Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Kendari: CARE International Indonesia Southeast Sulawesi.
Awang, S.A. (2006). Sosiologi pengetahuan deforestasi. Konstruksi sosial dan perlawanan. Yogyakarta: Debut Press.
Badan Pusat Statistik. (2001). Kabupaten Maros dalam angka tahun 2000. Maros: Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros. Badan Pusat Statistik. (2006). Kabupaten Maros dalam angka tahun 2005. Maros: Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros.
Badan Pusat Statistik. (2011). Kabupaten Maros dalam angka tahun 2010. Maros: Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros.
Balai TN Babul. (2008). Rencana pengelolaan jangka panjang Balai Taman Nasional Bantimurung periode 2008-2028 Kabupaten Maros dan Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Maros: Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Balai TN Babul. (2011). Materi konsultasi publik Rancangan Zonasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Tingkat Kabupaten. Maros: Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Borrini-Feyerabend, G., Farvar, M. T., Nguinguiri, J. C. & Adangang, V. A. (2000). Comanagement of natural resources: organizing, negotiating, and learning-by-doing. Heidelberg: GTZ and IUCN.
Departemen Kehutanan. (2008). Kebijakan pengembangan Model Desa Konservasi (MDK) di sekitar/dalam kawasan konservasi. Materi pertemuan rutin Working Group Pemberdayaan, 25 Juli 2008. Jakarta.
Hasanuddin. (2011). Model kolaborasi zona tradisional TN Babul (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Jusuf, Y., Supratman, & Alif K.S., M. (2010). Pendekatan kolaborasi dalam pengelolaan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung: strategi menyatukan kepentingan ekologi dan sosial ekonomi masyarakat. Opinion Brief No. ECICBFM II-2010.02.
Kadir W., A., Awang, S.A., Purwanto, R.H. & Poedjirahajoe, E. (2012). Analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Provinsi Sulawesi Selatan, Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19(1), 1-11.
Kadir W., A., Nurhaedah, & Purwanti, R. (2013). Konflik pada kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Provinsi Sulawesi Selatan dan Upaya Penyelesaiannya. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan, 10(3), 186- 198. Leach, W.D. (2006). Collaborative public management and democracy: evidence from western watershed partnerships. Public Administration Review, 66, 100-110.
Mackinnon, J., Mackinnon, K., Child, G., & Thorsell, J. (1986). Pengelolaan kawasan yang dilindungi di dearah tropika. (Harry Harsono, Trans.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/ MenhutII/2010 Tahun 2010 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.39/MenhutII/2013. Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.44/ MenhutII/2012 Tahun 2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.62/ MenhutII/2013 Tahun 2013 tentang Perubahan Permenhut No. P.44/Menhut-II/2012 Tahun 2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Permadi S, B. (1992). “AHP”. Jakarta: Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi, Universitas Indonesia.
Raik, D. B., Siemer, W. F. & Decker, D. J. (2006). Capacity building: a new focus for collaborative approaches to community-based suburban deer management? Wildlife Society Bulletin, 34(2), 525-530.
Saaty, T.L. (1993). Pengambilan keputusan bagi para pe-mimpin. (Terjemahan). Jakarta: LPPM.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi: suatu pengantar. (Edisi keempat). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suporahardjo. (Ed.). (2005). Strategi dan praktek kola-borasi: suatu tinjauan dalam manajemen kolaborasi: memahami pluralisme membangun konsensus. Bogor: Pustaka Latin.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Wardiana, T. (1990). Analytic Hierarchy Process. Bogor: Laboratorium Teknik Industri dan Manajemen, Jurusan Teknologi Agroindustri, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Yusran. (2005). Mengembalikan kejayaan hutan kemiri rakyat. Governance Brief 10.
DOI: https://doi.org/10.20886/jakk.2015.12.1.1-12
Copyright (c) 2015 Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan