PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU OLEH MASYARAKAT LOKAL DI KABUPATEN SANGGAU, KALIMANTAN BARAT
Abstract
Hutan Kemasyarakatan (HKm) Sanggau memberikan kebutuhan mata pencaharian sebagian besar masyarakat sekitar hutan. Salah satu alternatifnya melalui pemanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di lahan agroforestri tembawang. Pemanfaatan HHBK tersebut diharapkan dapat mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kayu. Optimalisasi pemanfaatan HHBK bertujuan untuk mengantisipasi upaya masyarakat dalam menjarah hutan terutama hasil kayunya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui keragaman manfaat komoditas HHBK di lahan agroforestri tembawang dan harga komoditas HHBK yang dijual di pasar tradisional, Kabupaten Sanggau. Metode pemilihan responden dilakukan secara purposif. Survey dan kunjungan lapangan dilakukan untuk melihat kondisi tembawang. Data identifikasi jenis HHBK yang dikumpulkan ditabulasi kemudian dianalisis dengan statistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tercatat ada 35 jenis HHBK yang dapat dimanfaatkan masyarakat adat, meliputi: 40% jenis buah-buahan, 9% jenis getah, 13% jenis bahan makanan, 21% jenis sayuran, 6% jenis obat-obatan, dan 12% jenis anyaman. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan komoditas HHBK sebagai produk semi komersial dan subsisten. Komoditas HHBK anyaman masih bersifat subsisten, di mana hasil produk anyaman digunakan hanya untuk keperluan pribadi saja, bukan untuk dijual. Komoditas HHBK yang dijual di pasar tradisional umumnya berupa buah-buahan seperti asam paya (Eleiodoxa conferta) Rp25.000,00/kg, keranji (Dialium indium) Rp35.000,00/kg, kedondong (Spondias dulcis) Rp10.000,00/kg dan rambai (Baccaurea motleyana) Rp10.000,00/ikat. Komoditas HHBK bagi masyarakat adat dapat memberikan pendapatan yang lebih cepat menghasilkan jika dibandingkan dengan pendapatan dari bertanam kayu, menyediakan serta bentuk alternatif pekerjaan dan keterampilan bagi masyarakat adat.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Afifuddin, Y. (2006). Penilaian ekonomi agroforest tembawang di Kabupaten Sintang dan Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. (Tesis Pascasarjana). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Arifah, R. N., Idiawati, N., & Wibowo, M. A. (2017). Uji aktivitas antiinflamasi ekstrak kasar buah asam paya (Eleiodoxa conferta (Griff.) Buret) secara in-vitro dengan metode stabilisasi membran HRBC (Human Red Blood Cell). JKK, 6(1), 21–24.
Dalimartha, S., & Adrian, F. (2011). Khasiat buah dan sayur. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.
Destiarti, L., Arianie, L., Afriani, S., & Idiawati, N. (2014). Uji aktivitas antioksidan daging buah asam paya (Eleidoxa conferta Burret) dengan metode DPPH dan tiosianat. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 3(1).
Diniyati, D., & Achmad, B. (2015). Kontribusi pendapatan hasil hutan bukan kayu pada usaha hutan rakyat pola agroforestri di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Kehutanan, 9(1), 23–31.
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. (2015). Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
ITTO TFL PD 032/14 Rev. 2. (2017). Strengthening the capacity of local institutions to sustainably manage community forestry in Sanggau for improving livelihood. Ministry for Environment and Forestry. Deskripsi singkat: Proyek Hutan Kemasyarakatan (HKm) Sanggau.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.21 tahun 2009 tentang Kriteria Dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan.
Pohan, R. M., Purwoko, A., & Martial, T. (2014). Kontribusi hasil hutan bukan kayu dari hutan produksi terbatas bagi pendapatan rumah tangga masyarakat. Peronema Forestry Science Journal, 3(2).
Puspitodjati, T. (2011). Persoalan definisi hutan dan hasil hutan dalam hubungannya dengan pengembangan HHBK melalui hutan tanaman, 8(3), 210-227.
Rahayu, M., Susiarti, S., & Purwanto, Y. (2007). Kajian pemanfaatan tumbuhan hutan non kayu oleh masyarakat lokal di kawasan konservasi PT. Wira Karya Sakti Sungat Tapa – Jambi. Biodiversitas, 8(1), 73-78.
Setiawan, O., & Krisnawati. (2014). Pemilihan jenis hasil hutan bukan kayu potensial dalam rangka rehabilitasi hutan lindung (Studi kasus kawasan hutan lindung KPHL Rinjani Barat, Nusa Tenggara Barat). Jurnal Ilmu Kehutanan, 8(2), 89–99.
Sumarhani, & Kalima, T. (2015). Struktur dan komposisi vegetasi agroforestri tembawang di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(5), 1099-1104.
Sumiati. (2011). Analisis kelayakan finansial dan faktor-faktor yang memotivasi petani dalam kegiatan agroforestri (Kasus pada proyek pengembangan Hutan Kemasyarakatan SFDP-PPHK di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. (Tesis Pascasarjana). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suryanto, P., Aryono, W. B., & Sabarnurdin, M. S. (2006). Model bera dalam sistem agroforestri (fallow land model in agroforestry systems). Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 12(2).
Vantomme, P. (2007). FAO's Global Programme on the Development of Non Wood Forest Products (NWFP), with Particular Emphasis on NWFP from the Mediterranean. Retrieved from 8 June 2017 from http://www.resource.ciheam.org/om/pdf/c38/c102057.pdf.
Yusron, M. (2010). Wanafarma melestarikan hutan dengan tanaman obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 32(6), 1-5
Zulnely, Gusti, R. E. P., & Kusmiyati, E. (2012). Pemanfaatan tengkawang. FORpro, 1(2), 1-5.
DOI: https://doi.org/10.20886/jped.2018.4.1.19-34
Copyright (c) 2018 Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by: Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Lingkungan Hidup
Address: Street A. Wahab Syahrani No.68, Sempaja, Samarinda, East Kalimantan, Indonesian
Phone: 0541-206364 | Faximile: 0541-742298
Website: http://www.diptero.or.id
Email: publikasidiptero@gmail.com
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Indexed By:
Copyright © 2018 | Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
The JPED is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.