ASPEK SOSIAL EKONOMI PETANI HUTAN RAKYAT
Abstract
Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah pilot proyek pengembangan hutan rakyat khusus kayu sengon, dan dikembangkan masyarakat secara tradisional. Beberapa kendala yang dihadapi petani hutan rakyat antara lain, luas lahan masih terbatas 67% dari jumlah responden memiliki lahan kurang dari satu hektar, tingkat pengetahuan yang rendah serta motivasi penduduk untuk membangun hutan rakyat masih kurang, Rata-rata pendapatan petani adalah Rp 3.356.590,- per tahun dengan distribusi sumber pendapatan dari kayu 13,3%, tumpang sari 4,9%, kebun 20% dan sawah 7,7%.
Penghasilan petani rata-rata masih dibawah standar KFM wilayah Jawa Barat. Tingkat hidup masyarakat dapat dikelompokan sebagai petani yang berada di sekitar garis kemiskinan.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Anonim. 1993. Indikator tingkat hidup pekerja. Biro Pusat Statistik. Jakarta
Anonim. 1994. Laporan hasil inventarisasi hutan rakyat. BRLKT wilayah IV. Kanwil Kehutanan Jawa Barat.
Anonim. 1995. Laporan Tahunan Dinas PKT Sukabumi, Jawa Barat.
Akub, J .1990. Analisis pendapatan petani tumpang sari di KPH Bojonegoro. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 6(7)431-441.
Ludwig, 1992. Peta pemasaran produk olahan kayu rakyat dalam wilayah jalur Bogor - Sukabumi. Thesis Sarjana Jurusan Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB.
Saiban, A dan Sylviani. 1994. Analisis kelembagaan hutan sengon rakyat di propinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor IX(1).
Supriadi, R dan Hakim, I. 1991. Aspek sosial ekonomi pengusahaan sagu di Maluku. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 9(6)238-246.
DOI: https://doi.org/10.20886/jphh.1996.14.9.329-336
Refbacks
- There are currently no refbacks.
JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN INDEXED BY:
Copyright © 2015 | Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH, Journal of Forest Products Research)
eISSN : 2442-8957 pISSN : 0216-4329
JPHH is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.