KERAGAMAN DAN POTENSI JENIS SERTA KANDUNGAN KARBON HUTAN MANGROVE DI SUNGAI SUBELEN SIBERUT, SUMATERA BARAT
Sari
Penelitian yang dilakukan pada bulan Juni 2007 bertujuan untuk memperoleh informasi tentang besarnya potensi biofisik dan kandungan karbon pada hutan mangrove di Cagar Biosfer Pulau Siberut, Sumatera Barat. Analisis potensi biomasa, karbon, dan kesuburan tanah dalam tegakan mangrove dilakukan dalam dua plot seluas masing-masing 0,25 ha pada jarak 1.300 m dari garis pantai. Inventarisasi jenis mangrove dilakukan di tepi sungai sepanjang satu km dari sungai sepanjang dua km dengan vegetasi riverine mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis pohon mangrove, yaitu Rhizophora apiculata Blume, R. mucronata Blume, Bruguiera cylindrica W.et.A., B. gymnorrhiza (L). Savigny, Xylocarpus granatum Koen, Barringtonia racemosa Blume, Ceriops tagal C.B Rob., Aegyceras corniculatum Blanco, Luminitzera littorea Voigl., dan Avicennia alba L. Hutan mangrove di lokasi penelitian mempunyai kadar C sebesar 23,22%, N sebesar 0,73%, Na dan K sebesar masing-masing 10,40 me/100 g dan 4,51 me/100 g yang termasuk kategori sangat tinggi, namun nilai P sebesar 3,94 ppm dan KTK sebesar 18,93 termasuk cukup rendah. Jenis yang mendominasi tegakan hutan mangrove adalah R. apiculata dengan kerapatan 80 pohon/ha, R. mucronata dengan kerapatan 28 pohon/ha, dan B. gymnorrhiza dengan kerapatan 12 pohon/ha. Biomasa tegakan di atas tanah dan kandungan karbon hutan mangrove yang terdiri dari jenis R. apiculata, R. mucronata, dan jenis B. gymnorrhiza cukup rendah, yaitu sebesar 49,13 ton/ha dan 24,56 ton C/ha, atau setara dengan 90,16 ton CO2 /ha.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam dan A.J. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Bhosale, J.L. and L.S. Shinde. 1983. Significance of Cryptovivipary in Aegiceras corniculatum (L) Blanco. In: Tasks for vegetation Science (H.J Teas eds) vol. 8. Dr W. Junk Publishers, The Hague. p. 123-129.
Bismark, M. dan S. Iskandar. 2002. Kajian Total Populasi dan Struktur Sosial Bekantan (Nasalis larvatus Wumb.) di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Hutan 631: 17-25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Bismark, M. 1986. Keragaman Jenis Burung di Hutan Bakau Taman Nasional Kutai. Buletin Penelitian Hutan 482: 11-22. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Bismark, M. 1994. Ekologi Makan dan Perilaku Bekantan (Nasalis larvatus) di Hutan Bakau Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Di sertasi, IPB. (Tidak diterbitkan).
Brown, S., J. Sathaye., M. Canel and P. Kauppi. 1996. Mitigation of Carbon Emission to the Atmosphere by Forest Management. Commonwealth Forestry Review 75 : 80-91.
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A Primer, FAO. Forestry Paper No. 134. FAO, USA.
Clough, B.F., K.G. Boto and P.M. Attiwill. 1983. Mangroves and Se- wage: A Revaluation. In: Tasks for Vegetation Science (H.J. Teas ed) Vol. 8. Dr.W. Junk Publishers. The Hague. p. 151-161. Darusman, D. 2006. Pengembangan Potensi Nilai Ekonomi Hutan di Dalam Restorasi Ekosistem. Jakarta (unpublished). Google Earth. 2008. Peta Digital Pulau Siberut. Image 2008 Terra Metrics. WWW.Google.com. Diakses tanggal 3 April, pukul 8.20 wib.
Gunawan, H. dan C. Anwar. 2004. Ke anekaragaman Jenis Burung Mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam I (3): 294-308. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Halidah, C. Anwar dan M. Qiptiyah. 2006. Produksi dan Laju Pelapukan Serasah, Morphoedafik, dan Salinitas Air Tanah Daratan pada Tiga Jenis Mangrove. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam III (4) : 367-377. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Heriyanto, N.M. dan C.A. Siregar. 2007. Keragaman Jenis dan Konservasi Karbon pada Hutan Sekunder Muda di Maribaya, Bogor. Info Hutan IV (3) : 283-291. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. International Panel on Climate Change. 2003. IPPC Guidelines for Nation Greenhouse Inventories : Reference Manual IPCC.
Kusmana, C., S. Sabiham, K. Abe and H. Watanabe. 1992. An Estimation of Above Ground Tree Biomass of A Mangrove Forest in East Sumatera. Tropics I (4) : 143-257.
Mindawati, N., A.S. Kosasih dan E. Subiandono. 2004. Pengaruh Konversi Hutan Mangrove terhadap Kondisi Hara Tanah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam I (3) : 321-325. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Schmidt, F.G. and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Types on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia Western New Guinea. Verhandel. Direktorat Meteorologi dan Geofisika. Djakarta.
Sukardjo, S. 1987. Tanah dan Unsur Hara di Hutan Mangrove Tritis, Indramayu Jawa Barat. Rimba Indonesia, Vol. XXI, No.2-4:12-23.
Supriharyono, 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia. Pustaka. Jakarta.
DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2008.5.3.297-306
##submission.copyrightStatement##
JURNAL PENELITIAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM INDEXED BY:
Copyright of Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (JPHKA)
eISSN : 2540-9689, pISSN : 0216-0439
JPHKA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.